BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 01 Januari 2010

Sidang APEC Dan Pengaruh Ekonomi Global

  • PENGARUH SIDANG APEC BAGI INDONESIA

Pertemuan para pemimpin Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) . Sabtu 14/11 resmi dibuka di Singapura. pertemuan APEC kali ini dihadiri 21 negara penting dunia di antaranya AS, Rusia, Cina, Jepang dan sepuluh anggota ASEAN.

“Sidang tahunan akan memfokuskan penanganan krisis ekonomi, selain isu-isu global lainnya,”

Dalam rangkaian sidang APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) Sub Committee on Standards and Conformance (SCSC) yang diselenggarakan di Grand Copthorne Waterfront Hotel, Singapura, pada tanggal 21 – 25 Februari 2009, Indonesia ikut berperan aktif dengan mengirimkan delegasi. Delegasi terdiri atas Deputi Bidang Penelitrian dan Kerjasama Standardisasi BSN, Nurasiah S. Samhudi; Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN, Dewi Odjar Ratna Komala; Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi BSN, I Nyoman Supriyatna; Kepala Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi BSN, Tisyo Haryono; Staf Teknis Pusat Kerjasama Standardisasi BSN, Agus Purnawarman; serta dari Pusat Standardisasi-Departemen Perdagangan RI, yaitu Nana Suryana dan Machmudi.

Rangkaian Sidang ini diikuti oleh senior officials dari tiap anggota ekonomi yang meliputi berbagai bidang yang diantaranya adalah SCSC yang berada di bawah Committee on Trade and Industry (CTI). Rangkaian Sidang tersebut meliputi Sidang SRB (Special Regional Bodies), Sidang PAGE (Project Advisory Group on Education), Sidang/Workshop TFTF (Trade Facilitation Task Force), dan Sidang SCSC.


Dalam Sidang SRB pada tanggal 21 Februari 2009, Indonesia melalui BSN yang dalam kesempatan ini diwakili oleh I Nyoman Supriyatna, berperan sebagai Lead Shepherd. Sidang ini merupakan forum tertutup yang dihadiri oleh perwakilan dari Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC), Asia Pacific Legal Metrology Forum (APLMF), Asia-Pacific Metrology Programme (APMP), Pacific Accreditation Cooperation (PAC), dan Pacific Area Standards Council (PASC). Adapun kordinator forum untuk thaun 2008 adalah Colin Blair dari Australia.

Dari pertemuan SRB ini dihasilkan beberapa kesepakatan yang antara lain adalah dirumuskannya penyempurnaan Starategic Plan SRB (2009-2014) sebagai usaha pengembangan infrastruktur teknis yang mendukung fasilitasi perdagangan untuk dan didalam APEC, disepakatinya fokus proposal proyek-proyek yang mendukung food safety forum, perlunya keterlibatan aktif dalam QAF yang prosesnya dilakukan secara intersessionally, dipertimbangkannya kerjasama dengan PTB-Germany dalam pengembangan quality infrastructure di ekonomi berkembang dengan beberapa kriteria pertimbangan, masukan dari ABAC tentang pentingnya peranan SRB, adanya 5 kegiatan workshop yang akan dilaksanakan back to back dengan sidang SCSC 2, disepakatinya APLAC dan PAC sebagai SRB lead untuk tahun 2009, dan pertemuan berikutnya adalah saat SCSC 1 di Jepang.

Sedangkan Sidang PAGE dilakukan pada tanggal 22 Februari yang dipimpin oleh China sebagai chair dan Korea sebagai project editor. Sidang PAGE dibuka oleh SCSC Chair yang kemudian dilanjutkan dengan laporan project editor yang menjelaskan bahwa proyek ini telah memasuki phase II, yaitu pengembangan text book tentang standards and conformance. Setelah itu disampaikan presentasi sharing pengalaman dan rekomendasi dalam pengembangan text book oleh wakil dari China, Indonesia, dan Jepang. Kemudian Korea juga menyampaikan progress report dalam networking, ANSI mempresentasikan APEC SCSC outreach strategy on education, dan presentasi pandangan dari sisi industri oleh Singapura. Selanjutnya Jepang menjelaskan pelaksanaan 4th ICES Workshop yang akan diselenggarakan tanggal 23-24 Maret di Tokyo yang dalam hal ini BSN direncanakan akan terlibat aktif sebagai peserta dan adanya NIST Workshop pada tanggal 9 Mei di Washington oleh wakil Amerika Serikat.

Dalam presentasinya mewakili Indonesia, Dewi Odjar Ratna Komala menginformasikan dan menjelaskan proses dan pengalaman Indonesia dalam mengembangkan kurikulum dan text book standardisasi, termasuk kerjasama dengan 9 universitas, yaitu: Undip, ITB, IPB, UNS, UGM, UNY, Unibraw, Unlam, dan Unhas. BSN juga telah mengembangkan kurikulum pengajaran standardisasi yang sedang dalam proses revisi untuk edisi kedua dan selain itu penyusunan text book diharapkan dapat diluncurkan pada pelaksanaan Bulan Mutu 2009.

APEC merupakan forum kerjasama sejumlah anggota ekonomi di kawasan Asia Pasifik yang berangggotakan 21 negara. Pada tahun 2009, para anggota APEC mengadakan rangkaian sidang koordinasi dan pembahasan yang membicarakan perkembangan pelaksanaan kesepakatan kerjasama dalam kerangka mencapai Bogor Goals yang telah disepakati pada tahun 1994.

Tahun 2009 ini Singapura menjadi tuan rumah dari rangkaian sidang tersebut yang dikenal sebagai SOM (Senior Official Meeting) yang puncaknya adalah Leaders Meeting yang diikuti oleh para pemimpin anggota ekonomi APEC. Adapun tahun berikutnya yang menjadi tuan rumah adalah Jepang (2010), Amerika Serikat (2011), Rusia (2012) dan kemudian Indonesia pada tahun 2013.


  • PENGARUH EKONOMI GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA
pemerintahan Yudhoyono dan BI (Bank Indonesia) dalam menaggulangi krisis global menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah tersebut. Empat di antaranya:

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri

2. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional

3. Menyatukan langkah strategis Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI)

4. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis.

Kedengarannya memang masuk akal tapi untuk itu bukanlah semata adalah tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi badai krisis ini perlu dihadapi bersama jangan sampai kejadian Krisis Ekonomi Global Part II ini lebih dahsyat meluluh-lantakkan Perekonomian Indonesia seperti yang telah terladi pada Badai Krisis Moneter Part I di Era Soeharto.

Sadar atau pun tidak sadar Akibat Krisis Ekonomi Global kali in sudah sangat jauh merambah dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-mana pengangguran semakin bertambah Income perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan Asing pun mulai menarik saham dalam industri-industri di Indonesia. Dari kejadian kejadian itu akan menjadikan peluang untuk Angka Kriminalitas akan melonjak naik Grafiknya di tanah air belum lagi kasus-kasus korupsi terbaikan karena bangsa ini telah disibukkan dengan masalah yang lebih di prioritaskan sehingga dengan bebasnya para koruptor meneruskan aksinya ditiap jenjang. “Selamat buat para koruptor Anda bisa keluar dari persembunyain untuk sementara Waktu. How pity a Country !”

Memang sangat Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai negara Agraris tapi disisi lain beberapa item bahan pokok masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Yah ini mungkin salah satu kelemahan dari bangsa kita bahkan diri kita yang sebagai rakyat yang kurang berusaha secara profesional dalam mengelola asset-asset yang ada dalam lahan-lahan indonesia. Lihat saja kekayaan Alam Indonesia mulai dari hasil laut belum dapat dikelola dengan baik karena Fasilitas-fasilitas nelayan kurang memadai sehingga negara-negara lain meraup keuntungan dari hasil menangkap hasil laut dengan cara yang tidak fair. Belum lagi persediaan minyak yang semakin lama semakin menipis serta Tambang-tambang Emas yang masih dikuasai negara asing. Jadi sangat disayangkan Punya Harta yang sangat berlimpah ruah tapi tidak dapat dinikmati secara maksimal oleh bangsa ini.

Jadi memanglah pas ketika Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI ) menyatakan bahwa Krisis ekonomi global telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat. Mereka yang krisis kita yang ”hancur-hancuran” seperti pada bursa saham sehingga menghentikan operasionalnya.

Dan kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global yang di motori oleh Negara Super itu. Mungkin dari beberapa uraian diatas dapat memberi gambaran bahwa kita punya potensi menghadapi krisis ini jika kita meningkatkan kesadaran sebagai masyarakat indonesia termasuk element pemerintah berikut departement terkait untuk meningkat pengelolaan sumber daya secara profesional sehingga bangsa ini menjadi produktif dalam penyediaan hasil bumi dan dapat mandiri serta terbebas sebagai negara importir bahan pangan dan minyak bumi terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara “Pengekspor Terbesar”.



0 komentar: